MOCIMU.ID – Di SD Negeri 2 Panawaren, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika, khususnya pada sub tema operasi bilangan bulat positif dan negatif, menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dari 16 siswa yang diberikan 10 soal, hanya 2 siswa yang mencapai nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 65. Sebanyak 2 siswa mendapatkan nilai 80, 4 siswa mendapatkan nilai 60, dan 10 siswa lainnya mendapatkan nilai di bawah 50. Selain itu, pada mata pelajaran Bahasa Jawa sub tema pewayangan, siswa juga menunjukkan minat dan pemahaman yang rendah. Metode pengajaran yang kurang menarik dan minimnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran turut berkontribusi pada rendahnya hasil belajar ini.
Mengapa Praktik Baik Ini Penting?
Praktik baik ini penting karena bertujuan untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar dan keterlibatan siswa. Dengan menggunakan metode MESITAWA (Metode Sifat Tokoh Wayang), pembelajaran menjadi lebih menarik dan relevan bagi siswa. Metode ini menggabungkan elemen budaya lokal dengan pembelajaran matematika, sehingga siswa dapat belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan bermakna. Selain itu, metode ini juga bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mereka.
Tantangan dalam Pelaksanaan Praktik Baik:
Melaksanakan praktik baik dalam pembelajaran operasi bilangan bulat positif dan negatif menghadirkan berbagai tantangan yang perlu diatasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut adalah beberapa tantangan utama dan pihak-pihak yang terlibat dalam praktik ini:
- Keterlibatan Siswa:
- Tantangan: Siswa yang terbiasa menerima materi secara pasif harus beradaptasi dengan peran yang lebih aktif dalam pembelajaran. Mereka perlu terlibat dalam menyiapkan bahan ajar dan materi, serta berpartisipasi aktif dalam proses belajar.
- Solusi: Guru harus menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Penggunaan metode MESITAWA yang menarik dapat membantu meningkatkan keterlibatan siswa.
- Peran Guru sebagai Fasilitator:
- Tantangan: Guru harus beralih dari peran tradisional sebagai penyampai materi menjadi fasilitator yang mendukung dan membimbing siswa. Ini memerlukan kesabaran dan keterampilan khusus.
- Solusi: Guru perlu mengembangkan keterampilan fasilitasi dan menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pelatihan dan pengembangan profesional dapat membantu guru dalam peran ini.
- Perencanaan Pembelajaran yang Menarik:
- Tantangan: Membuat perencanaan pembelajaran yang menarik, asyik, dan menyenangkan memerlukan inovasi dan kreativitas. Guru harus memahami kebutuhan belajar siswa dan menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada siswa.
- Solusi: Guru dapat menggunakan berbagai metode kreatif, seperti permainan dan cerita tokoh wayang, untuk membuat pembelajaran lebih menarik. Kolaborasi dengan rekan sejawat dan berbagi praktik baik juga dapat memberikan ide-ide baru.
- Kolaborasi dengan Wali Murid:
- Tantangan: Dukungan dari wali murid sangat penting untuk keberhasilan metode pembelajaran ini. Namun, mendapatkan keterlibatan aktif dari wali murid bisa menjadi tantangan.
- Solusi: Guru perlu menjalin komunikasi yang baik dengan wali murid dan melibatkan mereka dalam proses pembelajaran. Mengadakan pertemuan rutin dan memberikan informasi tentang kemajuan siswa dapat membantu meningkatkan kolaborasi.
- Inovasi dan Kreativitas:
- Tantangan: Meningkatkan motivasi belajar matematika memerlukan inovasi dan kreativitas yang terus-menerus. Guru harus terus mencari cara baru untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan efektif.
- Solusi: Guru dapat mengikuti pelatihan dan workshop untuk mendapatkan ide-ide baru. Selain itu, berbagi pengalaman dengan guru lain dan mengikuti perkembangan terbaru dalam pendidikan dapat membantu meningkatkan kreativitas.
Pihak yang Terlibat:
– Guru: Sebagai fasilitator dan perencana pembelajaran.
– Siswa: Sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran.
– Wali Murid: Sebagai pendukung dan kolaborator dalam pembelajaran.
– Rekan Sejawat: Sebagai sumber inspirasi dan dukungan dalam berbagi praktik baik.
Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini, diharapkan praktik baik yang menggunakan metode MESITAWA dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam operasi hitung bilangan bulat positif dan negatif, serta membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna.
Aksi dalam Menghadapi Tantangan
Untuk membuktikan bahwa metode bermain dengan menggunakan tokoh wayang pada pelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman siswa, diperlukan langkah-langkah strategis dan kolaborasi yang baik. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan, strategi yang digunakan, pihak-pihak yang terlibat, serta sumber daya yang diperlukan:
- Langkah-langkah yang Dilakukan:
- Identifikasi Masalah: Mengidentifikasi rendahnya hasil belajar siswa pada operasi bilangan bulat positif dan negatif.
- Perencanaan Pembelajaran: Merancang pembelajaran yang menarik dengan menggunakan metode MESITAWA (Metode Sifat Tokoh Wayang).
- Pembagian Kelompok: Membagi siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Gathotkaca (bilangan bulat positif) dan kelompok Karna (bilangan bulat negatif).
- Pelaksanaan Pembelajaran: Melaksanakan pembelajaran dengan skenario permainan yang melibatkan tokoh wayang. Misalnya, soal (-4) + 6 = 2 digambarkan sebagai pertemuan pasukan Gathotkaca dan Karna.
- Evaluasi dan Refleksi: Mengevaluasi hasil belajar siswa dan melakukan refleksi untuk perbaikan metode.
- Strategi yang Digunakan:
- Pendekatan Interaktif: Menggunakan pendekatan interaktif yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
- Penggunaan Media Visual: Menggunakan media visual seperti gambar tokoh wayang untuk memudahkan pemahaman konsep matematika.
- Kolaborasi dengan Wali Murid: Melibatkan wali murid dalam mendukung pembelajaran di rumah.
- Motivasi dan Dukungan: Memberikan motivasi dan dukungan kepada siswa untuk meningkatkan partisipasi dan minat belajar.
- Pihak-pihak yang Terlibat:
- Guru: Sebagai fasilitator dan perencana pembelajaran.
- Siswa: Sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran.
- Wali Murid: Sebagai pendukung dalam pembelajaran di rumah.
- Rekan Sejawat: Sebagai sumber inspirasi dan dukungan dalam berbagi praktik baik.
- Sumber Daya dan Materi yang Diperlukan:
- Bahan Ajar: Modul pembelajaran yang mencakup materi operasi bilangan bulat positif dan negatif.
- Media Visual: Gambar atau boneka tokoh wayang untuk digunakan dalam pembelajaran.
- Alat Peraga: Alat peraga yang mendukung visualisasi konsep matematika.
- Waktu dan Kreativitas: Waktu yang cukup untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, serta kreativitas dalam mengembangkan metode.
Dengan langkah-langkah dan strategi ini, diharapkan praktik baik yang menggunakan metode MESITAWA dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam operasi hitung bilangan bulat, serta membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna.
Refleksi Hasil dan Dampak Praktik Baik
Hasil dan Dampak:
Dari pembelajaran praktik baik yang telah dilaksanakan, hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam hasil belajar dan pemahaman siswa kelas VI tentang operasi bilangan bulat positif dan negatif. Sebelumnya, dari 16 siswa, hanya 2 siswa yang bisa mengerjakan soal dengan benar. Namun, setelah penerapan metode MESITAWA, seluruh siswa mampu mengerjakan soal dan mendapatkan hasil ulangan yang memuaskan. Ini menunjukkan bahwa penggunaan media wayang sangat efektif dan efisien dalam membantu siswa menyerap materi pembelajaran dengan lebih mudah.
Efektivitas dan Alasan:
Praktik baik ini terbukti efektif karena beberapa alasan:
- Pendekatan Interaktif: Metode MESITAWA yang melibatkan permainan dan tokoh wayang membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.
- Keterlibatan Aktif Siswa: Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, yang meningkatkan pemahaman dan retensi materi.
- Relevansi Budaya: Penggunaan tokoh wayang yang dikenal siswa membantu mereka mengaitkan konsep matematika dengan sesuatu yang familiar dan menarik.
Bagaimana Respon Orang Lain?
Respon dari siswa sangat positif. Mereka merasa senang, gembira, dan asyik selama pembelajaran. Dari 16 siswa, mayoritas menyatakan bahwa mereka sangat menikmati pembelajaran dengan metode ini karena mereka bisa belajar sambil bermain. Hanya satu siswa yang menunjukkan respon netral, namun ini tidak mengurangi.
Oleh: Endang Puspitorini, S.Pd.SD
Guru SDN 2 Penawaren