MOCIMU.ID – Pendidikan Pancasila merupakan mata pelajaran penting di sekolah dasar, yang bertujuan karakter siswa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Salah satu tantangan dalam pembelajaran ini adalah menyampaikan materi Pengamalan Sila-sila Pancasila dengan cara yang menarik dan menyenangkan, terutama bagi siswa kelas 5 yang memiliki berbagai tingkat pemahaman dan gaya belajar yang berbeda-beda.
Dalam kelas yang terdiri dari 8 siswa, saya menemukan bahwa beberapa siswa sangat antusias saat belajar melalui media visual dan permainan, sementara yang lain lebih menyukai metode diskusi dan berbagi cerita. Perbedaan ini menuntut guru untuk menggunakan pendekatan berdiferensiasi yang mengakomodasi variasi gaya belajar, kemampuan kognitif, serta kebutuhan emosional setiap siswa.
Untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif dan menarik, saya merancang sebuah strategi pembelajaran yang menggabungkan permainan ular tangga sebagai media interaktif dalam mempelajari Pengamalan Sila-sila Pancasila. Permainan ini diintegrasikan dengan metode berdiferensiasi untuk memastikan seluruh siswa dapat terlibat aktif sesuai dengan potensi mereka masing-masing. Adapun permainan edukatif ini saya beri nama ULAT PADI (Ular Tangga Berdiferensiasi).
Bagaimana Tantangannya?
Tantangan utama dalam pembelajaran ini adalah bagaimana menciptakan suasana belajar yang dapat mengakomodasi berbagai perbedaan siswa baik dari segi kemampuan kognitif, gaya belajar, maupun motivasi belajar. Selain itu, tantangan lainnya adalah bagaimana memastikan bahwa penggunaan permainan dalam pembelajaran tetap fokus pada tujuan utama, yaitu memahami dan menerapkan pengamalan sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Tantangan spesifik yang muncul di kelas meliputi:
- Perbedaan kemampuan akademis: Siswa memiliki kemampuan yang beragam, sehingga penting untuk menemukan cara agar semua siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
- Gaya belajar yang berbeda-beda: Beberapa siswa lebih responsif terhadap visual dan kinestetik, sementara yang lain lebih suka belajar melalui membaca atau mendengarkan penjelasan.
- Motivasi belajar: Mempertahankan minat siswa, terutama pada topik abstrak seperti nilai-nilai Pancasila, adalah tantangan tersendiri.
Bagaimana Aksinya?
Untuk menghadapi tantangan tersebut, saya merancang kegiatan pembelajaran berdiferensiasi yang menggunakan permainan ular tangga sebagai alat pembelajaran. Berikut langkah-langkah aksi yang dilakukan:
- Persiapan
Saya menyiapkan papan ular tangga besar dengan 40 kotak yang berisi pertanyaan, tugas, atau tantangan terkait pengamalan sila-sila Pancasila. Pertanyaan dan tugas diadaptasi berdasarkan tingkat kesulitan, sehingga bisa diakses oleh siswa dengan berbagai kemampuan.
Setiap kotak mewakili situasi di kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan salah satu sila Pancasila. Misalnya, kotak tertentu meminta siswa memberikan contoh sikap menghargai pendapat orang lain (Sila ke-4), atau kotak lain meminta siswa menceritakan pengalaman berbagi dengan teman (Sila ke-5). - Pembagian Kelompok Berdiferensiasi
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang heterogen, masing-masing terdiri dari 4-5 siswa. Pembagian kelompok dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan akademis dan gaya belajar masing-masing siswa. Dalam setiap kelompok, ada siswa yang berperan sebagai fasilitator kecil yang membantu mengarahkan diskusi. - Pelaksanaan Permainan Ulat Padi (Ular Tangga Berdiferensiasi)
Setiap kelompok bergiliran bermain ular tangga. Ketika pion mereka berhenti di sebuah kotak, mereka harus menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tantangan yang diberikan. Jika berhasil menjawab, pion dapat lanjut melangkah sesuai angka dadu. Jika tidak, pion tetap di tempat atau mundur satu langkah sebagai bentuk pengulangan pembelajaran.
Selama permainan berlangsung, saya sebagai guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan bimbingan dan umpan balik secara langsung kepada setiap kelompok. Saya juga memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi, baik dalam memberikan jawaban maupun menyampaikan ide. - Pembelajaran Berdiferensiasi. Pertama, Untuk siswa dengan kemampuan lebih tinggi, saya menyiapkan pertanyaan yang lebih menantang, seperti meminta mereka menganalisis contoh kasus penerapan Pancasila dalam konteks global atau nasional. Kedua, Untuk siswa yang membutuhkan dukungan lebih, saya memberikan pertanyaan yang lebih sederhana, seperti meminta mereka menjelaskan pengamalan sila Pancasila dalam lingkup keluarga atau sekolah. Ketiga, Untuk siswa dengan gaya belajar visual, saya menggunakan ilustrasi dan gambar yang dapat membantu mereka memahami materi. Keempat, Untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik, permainan ini memberikan kesempatan untuk bergerak secara fisik, yang membuat mereka lebih terlibat dan fokus.
- Diskusi dan Penguatan
Setelah permainan selesai, setiap kelompok diberikan waktu untuk merefleksikan pengalaman bermain dan pembelajaran yang didapat. Saya memfasilitasi diskusi antar siswa, di mana mereka berbagi pemahaman tentang bagaimana setiap sila Pancasila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kelompok juga diminta untuk menceritakan salah satu situasi dalam permainan yang menurut mereka paling berkesan. Setalah itu saya melakukan evaluasi melalui game dengan aplikasi quiziz agar siswa lebih senang dan tertantang untuk mengerjakan soal-soal yang saya berikan.
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran ini, saya melakukan refleksi terhadap proses dan hasil yang dicapai. Berdasarkan observasi selama permainan berlangsung, saya menemukan beberapa poin penting:
- Keterlibatan siswa meningkat secara signifikan. Permainan ular tangga mampu membuat siswa lebih antusias dan bersemangat dalam belajar. Bahkan siswa yang biasanya pasif dalam pembelajaran cenderung lebih terlibat dalam diskusi kelompok dan berusaha menjawab setiap pertanyaan dengan baik.
- Pembelajaran berdiferensiasi berhasil diterapkan dengan baik. Siswa dengan berbagai tingkat kemampuan dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya mereka masing-masing. Kelompok yang heterogen juga membantu siswa yang lebih kuat secara akademis untuk membimbing teman-temannya yang membutuhkan bantuan, sehingga tercipta suasana belajar yang kolaboratif.
- Pemahaman siswa terhadap pengamalan sila-sila Pancasila meningkat. Siswa tidak hanya memahami materi secara teoritis, tetapi juga mampu mengaitkannya dengan situasi nyata di kehidupan mereka sehari-hari, seperti di rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakat. Mereka lebih mudah mengidentifikasi nilai-nilai Pancasila dalam tindakan sehari-hari.
- Siswa menjadi lebih reflektif. Diskusi pasca-permainan memberi kesempatan bagi siswa untuk merenungkan pengamalan Pancasila dalam kehidupan mereka. Beberapa siswa menyebutkan bahwa mereka kini lebih memahami pentingnya bekerja sama dan menghargai perbedaan, yang merupakan esensi dari Pancasila.
Kesimpulan
Pembelajaran berdiferensiasi dengan menggunakan permainan ular tangga pada materi Pengamalan Sila-sila Pancasila di kelas 5 memberikan dampak positif terhadap keterlibatan dan pemahaman siswa. Dengan memadukan unsur permainan dan pembelajaran berdiferensiasi, siswa menjadi lebih antusias dan memahami materi dengan lebih baik. Permainan ini juga memungkinkan terciptanya suasana belajar yang inklusif, di mana setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan gaya belajarnya masing-masing.
Keberhasilan metode ini menunjukkan bahwa penggunaan media interaktif seperti permainan dapat menjadi solusi dalam mengatasi tantangan pembelajaran yang beragam di kelas, terutama untuk materi yang membutuhkan pemahaman mendalam seperti Pancasila. Saya berencana untuk terus mengembangkan metode ini dengan variasi permainan lainnya, serta melibatkan lebih banyak aktivitas reflektif agar siswa dapat terus menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan mereka.
Oleh: A.Arif Yuliyanto, S.Pd.
Guru SD Negeri 01 Slatri Banjarnegara