Pernikahan adalah ibadah seumur hidup yang tidak hanya menyatukan dua individu, tetapi juga mempertemukan dua keluarga dengan berbagai latar belakang. Mengingat besarnya komitmen dalam pernikahan, kesiapan mental dan kesehatan jiwa calon pasangan menjadi aspek penting yang perlu dipersiapkan. Hal ini disampaikan dalam materi “Kesehatan Jiwa Pra Nikah” oleh dr. Luqman Hidayatullah, Sp.KJ, yang menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental sebagai dasar dari hubungan yang langgeng dan harmonis.
Menikah tanpa persiapan mental yang matang dapat membawa berbagai tantangan, salah satunya adalah ketidakmampuan untuk mengatasi konflik atau perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, memiliki ekspektasi yang realistis dan pemahaman tentang pernikahan adalah langkah awal yang krusial. Dr. Luqman menegaskan, bahwa mempersiapkan diri secara emosional, spiritual, dan mental akan membantu pasangan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi tantangan rumah tangga.
Persiapan Diri dan Pemahaman tentang Pasangan
Sebelum memasuki pernikahan, penting bagi individu untuk memahami diri sendiri dan calon pasangan. Mengenali prinsip hidup, kepribadian, kondisi finansial, dan dinamika keluarga calon pasangan dapat membantu mengurangi konflik yang muncul karena perbedaan persepsi. Selain itu, setiap individu juga perlu memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri, sehingga mampu menjalani pernikahan dengan ekspektasi yang sesuai dengan realitas.
Menetapkan Visi dan Misi dalam Pernikahan
Dalam pernikahan, visi dan misi bersama sangatlah penting. Visi adalah tujuan besar yang ingin dicapai dalam kehidupan pernikahan, sedangkan misi adalah langkah-langkah untuk mencapainya. Dengan menyepakati visi dan misi yang sama, pasangan dapat meminimalisir konflik yang muncul akibat perbedaan arah dan tujuan hidup. Dr. Luqman menyampaikan bahwa tujuan pernikahan bukan sekadar memenuhi kebutuhan biologis, melainkan membangun kehidupan yang bahagia dan bermanfaat.
Membangun Relasi yang Sehat dan Manajemen Konflik
Relasi yang sehat adalah relasi yang saling menghargai peran dan tanggung jawab masing-masing, serta berkomunikasi dengan cara yang baik dan produktif. Pengelolaan konflik yang sehat dan efektif, seperti kompromi dan menetapkan batasan yang jelas dalam hubungan, akan memperkuat fondasi pernikahan. Manajemen stres juga diperlukan karena hidup bersama dengan orang baru akan memunculkan tantangan tersendiri yang membutuhkan penanganan yang bijak.