Mocimu.id, Margasari – Bertempat di SMP Muhammadiyah Margasari, selama tiga hari sejak Jum’at 28 Februari 2025, Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al-Qur’an Aisyiyah Kabupaten Tegal menyelenggarakan kegiatan Pesantren Ramadhan Anak (PRA) ke-22 di tahun 1446 H. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 202 peserta dari 20 TPQ Aisyiyah maupun lembaga pendidikan al-Qur’an se-Kabupaten Tegal yang berada dibawah koordinasi metode Iqro.
Dalam pembukaan pesantren Ramadhan yang sudah lebih dari 20 tahun diselenggarakan, Umi Fadhilah, M.Pd. selaku Sekretaris PDA Kabupaten Tegal dalam sambutannya mewakili Ketua PDA menyampaikan harapannya agar kegiatan PRA Badko Aisyiyah ini dapat berjalan dengan lancar dan menjadi pengalaman yang mendasar dalam pembentukan kemandirian dan akhlak mulia bagi para peserta.
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat, sehingga peserta dapat mengikuti dengan baik dan tertib, sehingga sepulangnya dari pesantren, ilmunya dapat diamalkan dan menjadi anak yang sholeh dan sholehah.
“Sebagai generasi penerus perjuangan Muhammadiyah dan Aisyiyah, kemandirian dan akhlak mulia menjadi dasar yang perlu ditanamkan agar kelak mampu menjadi generasi yang handal dalam memimpin persyarikatan’, demikian imbuhnya.
Ustadzah Mualimah, salah satu pengurus Badko TPQ Aisyiyah yang berhasil ditemui menyampaikan bahwa agenda ini sudah sering dilaksanakan dari tahun ke tahun. Hanya dua kali dihentikan saat Indonesia dilanda virus Covid-19 beberapa tahun yang lalu.
Ia berpesan kepada seluruh peserta, bahwa pesantren ini sangat bermanfaat meskipun dihelat hanya tiga hari dimulai sehari sebelum Ramadhan tiba. Dalam PRA kali ini santri dilatih untuk memiliki sikap toleransi dalam kebersamaan. Pesantren identik dengan tinggal bersama dengan teman-teman dari berbagai macam latar belakang dan daerah yang berbeda-beda dalam satu ruang. Kebersamaan yang dilakukan selama nyantri di PRA akan menumbuhkan sikap toleransi antara peserta.
Disamping itu, santri dilatih untuk hidup sederhana dan secukupnya. Di PRA semua santri diberikan hak dan kewajiban yang sama. Tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin. Peserta dengan latar belakang keluarga yang berkecukupan harus bisa beradaptasi dengan santri-santri lain yang sudah terbiasa hidup sederhana.
Salah satu santri peserta PRA yang berhasil diwawancara, Fahri Huda Muhammad, santri asal TPQ Aisyiyah Lebaksiu merasa betah dan kerasan tinggal di asrama PRA. Ia dan teman-temannya mendapat teman baru dan pengalaman berharga saat nyantri. Saat ditanya pengalaman apa yang paling berkesan, Ia menceritakan pengalamannya saat antri untuk mendapatkan makanan ketika berbuka puasa maupun saat sahur.
Dalam PRA itu sendiri banyak kegiatan-kegiatan yang memiliki manfaat untuk melatih kemandirian. Kegiatan tersebut dirancang agar anak belajar hidup mandiri tanpa bantuan orang tua, seperti mencuci piring dan gelas setelah selesai makan minum baik saat berbuka puasa maupun sahur.